Selasa, 16 Mei 2017

keluarga "permasalahan dalam keluarga"



Permasalahan Dalam Keluarga

1.      Persaingan Orangtua

Persaingan merasuki keluarga-keluarga kita. Buku-buku tentang menjadi orangtua jarang membahas persaingan tersamar yang ada diantara orangtua. Di bawah persaingan orangtua itu adalah keinginan orangtua untuk menjadi orangtua yang baik. Karena masyarakat kita adalah sedemikian kompetitif, kita kerap berpendapat, menjadi orangtua yang baik berarti menjadi orangtua yang lebih baik. Tetapi, dalam usaha membuktikan diri menjadi lebih baik, kadang-kadang satu orangtua dapat membuat orangtua lain merasa, dirinya tidak pernah dapat menjadi cukup baik.

Kadang-kadang satu orangtua memandang diri menjadi orangtua yang lebih baik dengan menjadi baik, penuh perhatian, sayang dan peengertian. Orangtua lain memandang dirinya sebagai orangtua yang paling baik dengan dihormati dan mengharapkan  anak mengambil tanggungjawab dan menunjukkan disiplin diri. Meski masing-masing orangtua melihat dirinya dengan cara-cara demikian, ia tidak harus melihat pasangannya dengan cara pasangan itu menggambarkan dirinya. Orangtua yang memandang diri sebagai baik dan penuh perhatian. Dengan demikian, dapat dilihat oleh pasangan sebagai terlalu melindungi. Orangtua yang memandang diri disiplin dan bertanggungjawab dipandang oleh pasangan sebagai kaku dan terlalu keras. Mereka tidak melihat satu sama lain dengan cara yang sama seperti mereka memandang diri sendiri sehingga tanpa sadar mereka adalah cara yang paling baik, mereka harus mengubah orangtua yang lain. Masing-masing betul percaya, dirinya benar dan orangtua yang lain salah. Hanya sesudah usaha yang sia-sia untuk mengubah satu sama  lain mereka menyerah dan memutuskan, mereka harus mengimbangi orangtua lain dengan menjadi lebih ekstrim mengenai apa yang mereka percayai, maka dari itu orang tua yang baik dan penuh perhatian menjadi lebih protektif untuk melindungi anak-anak dari orangtua  yang mengharap terlalu banyak. Orangtua yang mengharap menjadi lebih menuntut untuk mengimbangi orangtua yang terlalu melindungi. Semakin yang satu mengharapkan semakin yang lain melindungi. Semakin orangtua yang satu mengharapkan, semakin orangtua yang lain melindungi. Mereka semakin lama semakin berbeda dalam harapan-harapan yang mereka ungkapkan.

Jika anak-anak menghadapi orangtua-orangtua yang mempunyai harapan-harapan yang berlawanan, dan jika anak-anak itu kurang kepercayaan untuk memenuhi  harapan-harapan salah satu orangtua mereka, mereka berpaling kepada orangtua yang lain, yang tidak hanya tanpa syarat mendukung mereka tetapi dengan tanpa sadar mengajari mereka “jalan keluar yang mudah”. Tanpa mengetahui masalahnya mereka menyebabkan anak-anak mereka, orangtua-orangtua yang baik dan penuh perhatian, secara tidak dimaksudkan melindu-ngi anak-anak mereka dari tantangan. Pada waktu anak-anak tumbuh menjadi dewasa dalam lingkungan  seperti itu mereka mengembangkan kebiasaan untuk menghindari tantangan. Mereka takut untuk mengambil risiko-risiko yang intelektual dan psikologikal karena mereka tidak mempunyai orangtua yang bersatu dan mendukung untuk mengambil risiko.

Tentu saja, tindakan menyeimbangi ini meningkatkan kerumitan bila tiga atau empat orangtua terlibat. Masing-masing orangtua ingin sekali memberikan pengasuhan yang paling baik untuk membuat anak-anak tetap mencintai mereka. Mereka dapat mengimbangi orangtua lain atau di dalam arah mengharapkan atau di dalam arah melindungi. Sesudah perceraian orangtua-orangtua lebih mungkin percaya, mereka dapat membujuk anak-anak untuk mencintai mereka dengan amat melindungi mereka, berbuat banyak lagi bagi mereka, atau membelikan barang-barang terlalu banyak bagi mereka.[1]

2.      Kesenjangan Remaja

Bila hubungan remaja muda dengan anggota-anggota keluarga tidak harmonis selama masa remaja, biasanya kesalahan terletak pada kedua belah pihak.[2]
 Sering kali orangtua tidak menolak untuk memperbaiki konsep mereka tentang kemampuan anak mereka setelah anak-anak menjadi lebih besar. Akibatnya, mereka memperlakukan anak remaja mereka seperti ketika anak-anak itu masih kecil. Sekalipun demikian mereka mengharapkan anak “bertindak sesuai dengan usia,” terlebih bila berhubungan dengan masalah tanggung jawab.
Masalah yang lebih penting lagi adalah apa yang disebut “kesenjangan generasi” antara remaja dengan orangtua mereka. Kesenjangan ini sebagian disebabkan karena adanya perubahan radikal dalam nilai dan standar perilaku yang biasanya terjadi di dalam setiap perubahan budaya yang pesat, dan sebagian disebabkan karena kenyataan bahwa kawula muda sekarang memiliki banyak kesempatan untuk pendidikan, sosial dan budaya yang lebih besar daripada masa remaja orangtua mereka. Jadi sesungguhnya ini merupakan “kesenjangan budaya” sepenuhnya bukan karena perbedaan dalam usia kronologis.
Orangtua sulit menerima keengganan remaja untuk mengikuti larangan-larangan yang dipandang penting dan mereka tidak sabar menghadapi kegagalan remaja memikul tanggung jawab yang sesuai dengan usia remaja. Sumber-sumber kejengkelan ini biasanya mencapai puncaknya antara usia empat belas dan lima belas tahun, setelah itu biasanya hubungan orangtua dengananak mulai membaik.
Sama pentingnya, banyak remaja merasa bahwa orangtua tidak “mengerti mereka” dan bahwa standar perilaku orangtua dianggap kuno. Hal ini lebih disebabkan karena kesenjangan budaya, seperti sudah dijelaskan, dan bukan karena perbedaan dalam usia.[3]


[1] Sylvia rimm, 2000.Smart Parenting Mendidik Dengan Bijak.Jakarta:PT Grasindo.hlm.93
[2] Elizabeth B. Hurlock, 2015.Psikologi Perkembangan.Jakarta:Erlangga,hlm.231. cet. 5
[3] Ibid,hlm.232

pengertian pohon karir media dalam BK

Pengertian Bimbingan karir juga merupakan salah satu bidang dalam bimbingan dan konseling yang ada di sekolah sekolah menurut 6inkel bi...